Penelitian Tindakan Kelas (PTK) BAB II Lengkap


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Definisi Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dapat mendorong manusia mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada objek tersebut. Namun, apabila objek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka orang itu tidak akan memiliki minat atas objek tersebut. Oleh karena itu, tinggi rendahnya perhatian atau rasa senang seseorang terhadap objek dipengaruhi oleh tinggi rendahnya minat seseorang tersebut.

Menurut Mahfudh Salahudin, minat adalah “Perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan”. Menurut Bimo Walgito dikutip oleh Ramayuli dalam metodologi pengajaran agama islam: menyatakan bahwa minat yaitu “Suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membutuhkan lebih lanjut”.

Minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut-paut dengan dirinya merupakan suatu kesadaran yang ada pada diri seseorang tentang hubungan dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Hal-hal yang ada di luar diri seseorang, meskipun tidak menjadi satu, tetapi dapat berhubungan satu dengan yang lain karena adanya kepentingan atau kebutuhan yang bersifat mengika.

Minat dapat berupa sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara Minat bukanlah merupakan sesuatu yang dimiliki oleh seseorang begitu saja, melainkan merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan. Minat yang telah ada dalam diri seseorang bukanlah ada dengan sendirinya, namun ada karena adanya pengalaman dan usaha untuk mengembangkannya. Adapun pendapat hilgard mengenai rumusan pengertian tentang minat sebagai berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content” yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan .

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu proses kejiwaan yang bersifat abstrak yang dinyatakan oleh seluruh keadaan aktivitas, ada objek yang dianggap bernilai sehingga diketahui dan dinginkan. Sehingga proses jiwa menimbulkan kecenderungan perasaan terhadap sesuatu, gairah atau keinginan terhadap sesuatu. Bisa dikatakan pula bahwa minat menimbulkan keinginan yang kuat terhadap sesuatu. Keinginan ini disebabkan adanya rasa dorongan untuk meraihnya, sesuatu itu bisa berupa benda, kegiatan, dan sebagainya baik itu yang membahagiakan ataupun menakutkan Atau merupakan kecenderungan seseorang yang berasal dari luar maupun dalam  sanubari  yang  mendorongnya  untuk  merasa  tertarik  terhadap  suatu  hal sehingga mengarahkan perbuatannya kepada suatu hal tersebut dan menimbulkan perasaan senang.

b. Definisi Belajar
Sebenarnya dalam penegasan istilah telah dijelaskan pengertian belajar, namun perlu penulis tegaskan lagi. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi mengenai belajar, diantaranya :
Menurut Witherington, sebagaimana dikutip oleh Khalijah Hasan dalam Educational Psychology mengemukakan : Belajar adalah Suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.

Definisi yang lain sebagaimana dikemukakan oleh W.S Winkel, bahwa "Belajar adalah suatu proses mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya dan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai sikap yang bersifat konstan / menetap.

Menurut Morgan, sebagaimana dikutip oleh Wgalim Purwanto, dalam buku Introduction to psychology, mengemukakan : “Belajar adalah perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman”.
Sementara itu Abu Ahmadi menjelaskan, belajar adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang harus secara keseluruhan sebagai hasil pengetahuan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan .

Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan mengenai pengertian minat dan pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala,seperti: gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap aktivitas belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan dalam belajar serta menyadari pentingnya kegiatan itu.

Selanjutnya terjadi perubahan dalam diri siswa yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman belajar. Minat siswa untuk belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, untuk mengatasi siswa yang kurang berminat dalam belajar, guru hendaknya berusaha bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Minat belajar sangat mendukung dan mempengaruhi pelaksanan proses belajar mengajar di sekolah yang akhirnya bermuara pada pencapaian tujuan pembelajaran.

Secara singkat yang dimaksud dengan minat belajar adalah kecenderungan dan perhatian dalam belajar. Dalam pengertian lain minat belajar adalah : Kecenderungan perhatian dan kesenangan dalam beraktivitas, yang meliputi jiwa dan raga untuk menuju perkembangan manusia seutuhnya, yang menyangkut cipta, rasa, karsa, kognitif, afektif dan psikomotor lahir batin.

c. Ciri-ciri minat belajar
Adapun ciri siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
4. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya dan dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan .
Minat belajar seseorang tidaklah selalu stabil, melainkan selalu berubah. Oleh karena itu perlu diarahkan dan dikembangkan kepada sesuatu pilihan yang telah ditentukan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi minat itu.

Secara keseluruhan faktor digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) dan faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa).  Berikut adalah beberapa pengertian faktor eksternal dan internal menurut Sumadi Suryabrata diantaranya sebagai berikut :

1. Faktor Internal
Faktor internal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat, yang berasal dari dalam diri sendiri. Faktor internal tersebut antara lain: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan .
a. Perhatian dalam belajar yaitu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas seseorang yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek belajar.
b. Keingintahuan adalah perasaan atau sikap yang kuat untuk mengetahui sesuatu; dorongan kuat untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu.
c. Kebutuhan (motif) yaitu keadaan dalam diri pribadi seorang siswa yang   mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.
d. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat yang datangnya dari luar diri, seperti: dorongan dari orang tua, dorongan dari guru, tersedianya prasarana dan sarana atau fasilitas, dan keadaan lingkungan.

3. Aspek Minat
Aspek minat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor yaitu :

a. Aspek Kognitif
Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa anak-anak mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengan minat. Minat pada aspek kognitif berpusat seputar pertanyaan, apakah hal yang diminati akan menguntungkan? Apakah akan mendatangkan kepuasan? Ketika sesorang melakukan suatu aktivitas, tentu mengharapkan sesuatu yang akan didapat dari proses suatu aktivitas tersebut. Sehingga seseorang yang memiliki minat terhadap suatu aktivitas akan dapat mengerti dan mendapatkan banyak manfaat dari suatu aktivitas yang dilakukannya. Jumlah waktu yang dikeluarkan pun berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh dari suatu aktivitas yang dilakukan sehingga suatu aktivitas tersebut akan terus dilakukan.

b. Aspek Afektif
Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang menampakkan aspek kognitif dari minat yang ditampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang diminatinya. Seperti aspek kognitif, aspek afektif dikembangkan dari pengalam an pribadi, sikap orang tua, guru, dan kelompok yang mendukung aktivitas yang diminatinya. Seseorang akan memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal karena kepuasan dan manfaat yang telah didapatkannya, serta mendapat penguatan respon dari orang tua, guru, kelompok, dan lingkungannya, maka seseorang tersebut akan fokus pada aktivitas yang diminatinya. Dan akan memiliki waktu-waktu khusus atau memiliki frekuensi yang tinggi untuk melakukan suatu aktivitas yang diminatinya tersebut.

c. Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari nilai yang didapat melalui aspek kognitif dan diinternalisasikan melalui aspek afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata melalui aspek psikomotor. Seseorang yang memiliki minat tinggi terhadap suatu hal akan berusaha mewujudkannya sebagai pengungkapan ekspresi atau tindakan nyata dari keinginannya .

d. Klasifikasi Minat
1. Expressed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau aktivitas.
2. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada suatu kegiatan tertentu.
3. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau keterampilan dalam suatu kegiatan.
4. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan .

e. Jenis Minat
1. Minat Volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa adanya pengaruh dari luar.
2. Minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.
3. Minat Nonvolunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa secara paksa atau dihapuskan.

Minat dikatagorikan menjadi tiga katagori berdasarkan sifatnya, yaitu: Minat personal, minat situsional, dan minat psikologikal, yaitu sebagai berikut:

a. Minat Personal
Merupakan minat yang bersifat permanen dan relatif stabil yang mengarah pada minat khusus mata pelajaran tertentu. Minat personal merupakan suatu bentuk rasa senang ataupun tidak senang, tertarik tidak tertarik terhadap mata pelajaran tertentu. Minat ini biasanya tumbuh dengan sendirinya tanpa pengaruh yang besar dari rangsangan eksternal.

b. Minat Situsional
Merupakan minat yang bersifat tidak permanen dan relatif berganti-ganti,tergantung      rangsangan eksternal. Rangsangan tersebut misalnya dapat berupa metode mengajar guru, penggunaan sumber belajar dan media yang menarik, suasana kelas, serta dorongan keluarga. Jika minat situsional dapat dipertahankan sehingga berkelanjutan secara jangka panjang, minat situsional akan berubah menjadi minat personal atau minat psikologis siswa. Semua ini tergantung pada dorongan atau rangsangan yang ada.

c. Minat Psikologikal
Merupakan minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi antara minat personal dengan minat situsional yang terus-menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan memiliki kesempatan untuk mendalaminya dalam aktivitas yang terstruktur di kelas atau pribadi (di luar kelas) serta mempunyai penilaian yang tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat psikologikal.

2. Metode Diskusi
a. Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan suatu kegiatan dimana sejumlah orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah, atau mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu.

Menurut metode diskusi adalah suatu metode untuk memupuk keberanian anak didik untuk mengemukakan pendapat atau memberi kritikan terhadap pendapat orang lain yang dikemukakan dalam suatu forum. Dari uraian tersebut di atas dapat didefinisikan metode diskusi adalah suatu kegiatan belajar-mengajar yang membahas suatu topic atau masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dapat guru dan siswa atau siswa dan siswa lain.

Dapat disimpulkan metode diskusi adalah suatu kegiatan belajar mengajar dalam bentuk tukar pendapat dari pertanyaan-pertanyaan yang ada baik dari murid secara individual atau secara kelompok maupun dari guru sehingga diperoleh suatu kesepakatan bersama dari permasalahan yang dikaji. Dalam kegiatan diskusi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dan siswa agar diskusi dapat dilaksanakan dengan efektif, selanjutnya disebut syarat-syarat diskusi yaitu sebagai berikut .

1. Pembicaraan berlangsung dalam kelompok, dan setiap kelompok ada peserta yang terlibat didalamnya.
2. Setiap peserta bebas mengeluarkan pendapatnya, dalam komunikasi langsung tatap muka.
3. Ada aturan main yang disepakati bersama untuk mengatur proses pembicaraan.
4. Harus ada tujuan dari diskusi tersebut dan tidak boleh ada tekanan dari siapapun termasuk dari guru.
5. Harus ada pemimpin yang memimpin jalannya diskusi agar tidak menyimpang dari topik yang dibahas.

b. Tujuan Pemakaian Metode Diskusi   
Secara rinci tujuan pemakaian metode diskusi adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa.
2. Mengembangkan sikap sportif terhadap sekolah, para guru dan bidang studi yang dipelajari.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri yang lebih positif.
4. Meningkatkan keberhasilan siswa dalam mengemukakan pendapat.
5. Mengembangkan sikap terhadap isu-isu controversial.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Kelebihan dan kelemahan dari metode diskusi adalah sebagai berikut.
1. Kelebihan Metode Diskusi
a. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berpartisipasi secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua kelompok, atau penyusun pertanyaan diskusi.
b. Metode ini dapat digunakan secara mudah sebelum, selama, ataupun sesudah metode yang lain.
c. Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi, demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemmpuan berbicara yang dilakukan tanpa persiapan.
d. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menguji, mengubah dan mengembangkan, pandangan, nilai dan keputusan yang diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan yang cermat dan pertimbangan kelompok.
e. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami kebutuhan memberi dan menerima, sehingga siswa dapat mengerti dan mempersiapkan dirinya sebagai warga Negara yang demokratis.
f. Metode ini menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan masalah oleh kelompok, biasanya lebih tepat daripada pemecahan perorangan .

2. Kelemahan Metode Diskusi
a. Metode diskusi sulit diramalkan hasilnya walaupun sudah diatur secara hati-hati.
b. Metode ini kurang efesien dalam penggunaan waktu dan memerlukan perangkat meja dan kursi yang mudah diatur.
c. Metode ini tidak menjamin penyelesaian sekalipun kelompok setuju dan membuat kesepakatan pada akhir pertemuan sebab keputusan yang dicapai belum tentu dilaksanakan.
d. Metode ini seringkali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi dan menyebabkan orang yang tak berminat hanya sebagai penonton.
e. Metode ini membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para peserta agar dapat berpartisipasi aktif dalam diskusi. Kemampuan ini hanya dimiliki oleh seseorang bila dipelajari dan dilatih .

d. Prosedur Pemakaian Metode Diskusi
Prosedur pemakaian metode diskusi secara umum terbagi menjadi tiga tahapan. Pada tiap-tiap tahapan pemakaian metode diskusi terdapat berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa. Adapun tiga tahapan dalam pemakaian metode diskusi adalah sebagai berikut.

1. Tahapan Sebelum Pertemuan
a. Pemilihan topik diskusi, yakni suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk menentukan topik diskusi untuk melakukannya, guru dan siswa menggunakan tujuan yang ingin dicapai serta minat dan latar belakang siswa sebagai kriteria.
b. Membuat rancangan garis besar diskusi yang akan dilaksanakan (jika memungkinkan bagi guru).
c. Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
d. Mengorganisasikan siswa dan formasi kelas sesuai dengan jenis diksusinya.

2. Tahapan Selama Pertemuan
a. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan dari diskusi, topik diskusi dan kegiatan diskusi yang akan dilakukan.
b. Siswa dan guru melaksanakan kegiatan disksusi (sesuai jenis diskusi yang digunakan).
c. Pelaporan dan penyimpulan hasil diskusi oleh siswa bersama guru.
d. Pencatatan hasil diskusi oleh siswa.

3. Tahapan Setelah Pertemuan
a. Membuat catatan tentang gagasan-gagasan yang belum ditanggapi dan kesulitan yang timbul selama disksusi.
b. Mengevaluasi disksusi dari berbagai dimensi dan mengumpulkan evaluasi dari para siswa serta lembaran komentar .

3. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII Kurikulum 2013 disusun untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya dengan pendekatan pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Berkaitan dengan hal ini, Pemerintah telah melakukan penyesuaian beberapa nama mata pelajaran yang antara lain adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

Kurikulum 2013 sudah tidak lagi menggunakan standar kompetensi (SK) sebagai acuan dalam mengembangkan Kompetensi Dasar (KD). Sebagai gantinya, Kurikulum 2013 telah menyusun Kompetensi Inti (KI). Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap kelas atau program PP No. 32/2013, pasal 1, ayat 13 . Kompetensi Inti memuat kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD). KD adalah tumpuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran(PP No. 32/2013, pasal 1, ayat 14). Perubahan perilaku dalam pengamalan ajaran agama dan budi pekerti menjadi perhatian utama.

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menetapkan aqidah yang berisi tentang ke-Maha-Esaan Tuhan sebagai sumber utama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam semesta. Sumber utama lainnya adalah akhlak yang merupakan manifestasi dari aqidah. Selain itu, akhlak juga merupakan landasan pengembangan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. Dengan demikian, karakter bangsa Indonesia didasarkan kepada nilai-nilai ke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang merupakan inti dari sila-sila lain yang ada dalam Pancasila. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat mewujudkan nilai-nilai: kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan dan permusyawaratan, serta keadilan sosial bagi seluruh Indonesia.

Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang ditujukan untuk dapat menserasikan, menselaraskan dan menyeimbangkan antara Iman, Islam, dan Ihsan yang diwujudkan dalam:
1. Hubungan Manusia dengan Pencipta
Membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
2. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri
Menghargai dan menghormati diri sendiri yang berlandaskan pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.
3. Hubungan Manusia dengan Sesama
Menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama.
4. Hubungan Manusia dengan Lingkungan Alam
Penyesuaian mental keislaman terhadap lingkungan fisik dan sosial.

b. Tujuan
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bertujuan untuk:
1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt demi mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Mewujudkan peserta didik yang taat beragama, berakhlak mulia, berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, santun, disiplin, toleran, dan  mengembangkan budaya Islami dalam komunitas sekolah.
3. Membentuk peserta didik yang berkarakter melalui pengenalan, pemahaman, dan pembiasaan norma-norma dan aturan-aturan yang Islami dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan lingkungan secara harmonis.
4. Mengembangkan nalar dan sikap moral yang selaras dengan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia.

B. Kerangka Pikir
Penentuan kerangka pikir setidaknya berangkat dari sebuah permasalahan dalam kelas sehingga peneliti dapat menuntaskan masalah yang terjadi pada siswa selama proses belajar mengajar. Adapun permasalahan yang didapati oleh peneliti terbagi menjadi dua permasalahan, yang pertama adalah permasalahan siswa yang kerap terjadi selama proses pelaksanaan pembelajaran. Kedua adalah masalah yang menyangkut bobot materi yang akan dijadikan sebagai penelitian tindakan kelas.
Sebuah penelitian yang dilakukan selama ini adalah penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti materi pelajaran “Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Kejayaan”. Melihat karakteristik materi yang akan disampaikan adalah materi yang mengulas sejarah serta faktor dan hikmah yang didapat dari perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan.

Pemilihan metode diskusi dirasa lebih tepat dalam upaya meningkatkan belajar siswa pada materi ajar Perkembangan Islam pada Masa Kejayaan. Sehingga hasil dari diskusi dapat menjadi pengetahuan peserta didik dan dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari tanpa mengurangi semangat belajar peserta didik.

Baca Juga:

Aplikasi News Cat Terbukti Mebayar Langsung ke Rek Lokal
Hasil Gajian Uc News Sangat Menjanjikan
Previous
Next Post »

Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai topik, Mohon maaf komentar dengan nama komentator dan isi komentar yang berbaru P*RN*G*R*FI, OB*T, H*UCK, J*DI dan komentar yang mengandung link aktif, Tidak akan di tampilkan! ConversionConversion EmoticonEmoticon

Thanks for your comment