KINERJA PEMIMPIN DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM

KINERJA PEMIMPIN DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan Islam (KPI)
Dosen Pengampu : Umiarso, M.Pd.I
    

Disusun oleh
Hasyim                     201410010311059



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kita masih diberi kesempatan untuk menuntut ilmu lebih dalam lagi dan dapat menyusun makalah tentang kinerja pemimpin dalam organisasi pendidikan Islam.
    Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang akan ilmu dan memiliki iman kepada ALLAH SWT.
    Penulisan makalah tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, selayaknya bila dalam kesempatan ini pemakalah mengucapkan Terimakasih kepada :
1.    Bapak umiarso selaku dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan Islam yang telah mendidik dan membimbing kami untuk menyelesaikan tugas yang di berikan.
2.    kedua orang tua, keluarga dan teman-teman yang telah mendukung kami untuk menyelesaikan tugas.
    Makalah ini disusun untuk membahas tentang hakikat kepemimpinan dalam organisasi pendidikan Islam, urgensitas fungsi kepemimpinan dalam organisasi pendidikan Islam. Semoga makalah ini dapat membantu dalam mempelajari dan memahaminya.
    Akhirnya, tidak ada kesempurnaan kecuali milik ALLAH SWT. Demikian pula dengan makalah ini, kami menyadari banyak terdapat kekurangan disini. Maka dari itu, kami mengharapkan kemakluman dan evaluasi dari para pembaca dan pengkaji makalah ini guna kebaikan kita bersama. Semoga kita memperoleh banyak kebaikan dari kegiatan belajar mengajar yang kita laksanakan melalui maupun yang tidak melalui makalah ini. Amiin Ya Rabb.

                                Malang, 21 Maret 2016
   
                                         Penyusun    
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”. Menurut Bachtiar Surin yang dikutip oleh Maman Ukas bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu” .
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan dalam kepemimpinan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
Manusia adalah makhluk sosial dan memiliki sifat tidak konstan (tidak tetap). Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan sekitarnya. Karena adanya interaksi tersebutlah yang membawa perubahan dan perkembangan secara jasmani maupun rohani. Untuk menyeimbangkan antara perubahan dan perkembangan tentulah manusia harus hidup secara berkelompok atau berorganisasi. Dengan demikian, dalam mewujudkannya dibutuhkan sosok seorang panutan yang dapat diandalkan dan ditiru. Sosok itu dapat disebut dengan pemimpin.
Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern, sekaligus bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan masyarakat luas. Karena itu keberhasilan seorang pemimpin dapat dinilai dari produktivitas dan prestasi yang dicapainya, juga dapat dinilai dari kepiawaiannya dalam memimpin suatu organisasi .
Pada kerangka inilah, organisasi membutuhkan sosok pemimpin untuk menjadi panutan dalam pengembangan organisasi. Kebutuhan tersebut dilihat dari segi peran dan fungsinya. Sebab, kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam organisasi sehingga baik buruknya organisasi sebagian besar tergantung pada faktor pemimpin
Secara sederhana kepemimpinan itu sendiri adalah kemampuan memperoleh konsensus dan keterikatan pada sasaran bersama, melampaui syarat-syarat organisasi, yang dicapai dengan pengalaman sumbangan dan kepuasan di kelompok kerja . Seorang pemimpin itu berfungsi untuk memastikan seluruh tugas dan kewajiban dilaksanakan di dalam suatu organisasi. Organisasi yang memiliki kepemimpinan yang baik akan mudah dalam meletakkan dasar kepercayaan terhadap anggota-anggotanya. Sedangkan organisasi yang tidak memiliki kepemimpinan yang baik, akan sulit mendapatkan kepercayaan dari para anggotanya . Demikian halnya dengan organisasi pendidikan Islam.
Sedangkan kepemimpinan pendidikan Islam hendaknya memiliki satu konsep dimana seorang pemimpin itu memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, mengkoordinir, menggerakkan, memberikan motivasi dan mengarahkan orang-orang dalam lembaga pendidikan Islam agar pelaksanaan pendidikan Islam dan pengajarannya dapat lebih efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran . Selain itu, pemimpin hendaknya mampu mewujudkan visi, misi, dan tujuan pendidikan Islam. Untuk mencapai keseluruhannya diperlukan kondisi lembaga pendidikan Islam yang kondusif dan adanya hubungan yang hormonis antar sesama anggota. Dengan demikian, kinerja pemimpin lembaga pendidikan Islam akan sangat mempengaruhi maju tidaknya sebuah organisasi pendidikan Islam dan diharapkan pemimpin mampu mengantarkan organisasi pendidikan Islam yang dipimpinnya mencapai tujuan yang telah disepakati bersama .

1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
a.    Bagaimana hakikat kepemimpinan dalam organisasi pendidikan Islam?
b.    Bagaimana urgensitas fungsi kepemimpinan dalam organisasi pendidikan Islam?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan makalah sebagai berikut:
a.    Untuk mengetahui hakikat kepemimpinan dalam organisasi pendidikan Islam.
b.    Untuk mengetahui urgensitas fungsi kepemimpinan dalam organisasi pendidikan Islam.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Hakikat Kepemimpinan dalam Organisasi Pendidikan Islam
Kepemimpina bukan suatu yang istimewa, tetapi tanggung jawab, ia bukan fasilitas tetapi pengorbanan, juga bukan untuk berleha-leha tetapi kerja keras. Ia juga bukan kesewenag-wenangan bertindak tetapi kewenangan melayani. Kepeminnmpinan adalah berbuat dan kepeloporan untuk bertindak .
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya dengan cara tidak memaksa . Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.


Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:
A.    Kekuasaan
Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.
B.    Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.
C.    Kemampuan    
Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun sosial, yang melebihi dari anggota biasa.
Sementara itu Stodgill yang dikutip oleh Isjoni menyatakan pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai persyaratan, antara lain :
•    Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai.
•    Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.
•    Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.
•    Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul.
•    Status, kedudukan sosial ekonomi cukup tinggi dan tenar .
Setiap organisasi dan semua organisaisi pasti memiliki dan memerlukan seorang pemimpin seperti pemimpin tertinggi atau menejer tertinggi yang berfungsi untuk menjalankan tugas kepemimpinan bagi keseluruhan organisasi sebagai satu kesatuan. Pemimpin tersebut sebagai orang pertama yang harus menjalankan atau mengarahkan jalannya organisasi, dan dibantu oleh bawahan dan seluruh anggota organisasi tersebut sebagai penggerak organisasi kearah yang diinginkan oleh pemimpin. Maksudnya, suatu organisasi akan berjalan dan berhasil dalam mencapai tujuan dan program-programnya apabila seluruh anggota yang bekerja dalam oranisasi tersebut dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya sesuai dengan yang di arahkan oleh pemimpin. Dalam organisasi, berhasil atau tidaknya tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya.
Sejalan dengan kiasan itu, J.Winardi mengatakan bahwa pemimpin adalah seoarang yang memiliki kecakapan atas pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang di pimpinnya untuk mengarahkan usaha bersama kearah pencapaian sasaran tertentu.bahkan, ada beberapa pakar yang jugamemberikan batasan tentang pemimpn tersebut, namun untuk mempermudah dalam memberikan gambaran tentang batasan dari pemimpin atau kepemimpinan.
Menurut Gary Yukl, sebagian besar batasan tentang kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan didalam kelompok atau organisasi. Pendapat ini memandang semua anggota kelompok organisasi sebagai satu kesatuan sehingga kepemimpinan diberi makna sebagai kemampuan memengaruhi semua anggota kelompok / organisasi bekerja untuk mencapai tujuan kelompok/organisasi.
Tampaknya, hampir semua para pakar sepakat bahwa batasan tentang pemimpin atau kepemimpinan mencakup suatu proses ”pengaruh” atau “memengaruhi”. Batasan tersebut seakan telah menjadi konsensus bersama dan sangat sedikit yang mempersoalkan perbedaannya. Walaupun, persoalan yang membedakan hanya pada ranah apakah kepemimpinan harus nonkoersif ( tidak memaksa, dibanding dari penggunaan kekuasaan, ganjaran, dan hukuman untuk memaksakan pengaruh terhadap para pengikut ) dan apakah kepemimpinan itu berbeda dari manajemen atau manajemen sama dengan kepemimpinan yang berakhir pada aspek pengelolaan dan penggunaan sumber daya yang ada.
    Padahal, dalam konsep kepemimpina pendidikan Islam merupakan bentuk atau proses memotifasi bawahannya secara suka rela untuk bersama-sama secara kooperatif untuk bekerja dalam mencapai tujuan pendidikan Islam. Kata tujuah merupakan representasi adalah manusua dan jin. Dalam konteks ini, Allah sebagai pemimpin semesta alam menguasai secara mutlak terhadap yang dikuasai dan Ia ciptakan .
Setiap orang pada hakikatnya adalah pemimpin. Akan tetapi kekuasaan seseorang dalam memengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan antara orang yang satu dengan yang lain tidak sama. Disinilah yang membedakan siapa yang sebenarnya pemimpin dan siapa yang bukan atau tidak pemimpin. Kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kepemimpinan dimana seorang pemimpin tidak hanya berbicara, akan tetapi juga mampu memberikan teladan bagi yang dipimpinnya . Di sisi yang lain, pemimpin mempunyai tugas untuk melakukan rekonstruksi kesadaran keragaman individu dalam organisasi pendidikan Islam terhadap bawahannya yang secara bertahap dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Pada gambar tersebut ditampilkan 6 tahapan kesadaran keragaman yang pada sisi ekstrem pertama dicirikan oleh ketiadaan sama sekali dan sisi ekstrem yang lain dicirikan oleh pemahaman secara menyeluruh dan penerimaan terhadap perbedaan-perbedaan antarmanusia.
Dalam kegiatan organisasi khususnya dalam konteks pengelolaan pendidikan Islam, telah lama dikenal dalam kehidupan umat Islam atau bahkan mungkin sejak adanya manusia itu sendiri, kepemimpinan dalam komunitas sangat urgent. Sebab, manusia sebagai makhluk sosial senantiasa memerlukan bantuan orang lain dalam hidupnya. Untuk itu, manusia perlu melakukan kerja sama dan untuk dapat bekerja sama dengan baik, manusia membutuhkan sebuah wadah yang disebut organisasi.
Menurut Abdul Aziz Wahab, ada beberapa batasan atau pandangan yang dikemukakan para ahli tentang komponen-komponen sebuah komunitas dikatakan sebagai organisasi. Definisi-definisi tersebut didasarkan pada lima fakta yang umumnya terdapat pada setiap organisasi. Lima fakta tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Organisasi selalu berisi orang-orang.
2.    Orang-orang tersebut saling terlibat dan melalui cara-cara tertentu mereka itu saling berinteraksi.
3.    Interaksi-interaksi itu dilakukan secara teratur atau ditentukan oleh sejenis struktur.
4.    Semua orang dalam organisasi mempunyai tujuan-tujuan pribadi dan beberapa diantaranya itulah mendasari tindakan-tindakan mereka dalam organisasi akan membantu mencapai tujuan-tujuan individual.
5.    Interaksi-interaksi tersebut dapat juga membantu mencapai tujuan-tujuan yang memiliki keterkaitan yang mungkin berbeda, tetapi berhubungan dengan tujuan-tujuan pribadi .
Sementara itu perlu pula dilakukan beberapa intervensi sebagai upaya mengembangkan organisasi, diantaranya seperti berikut:
1.    Melalui anggota,
yaitu dengan mengubah atau menyeleksi keterampilan, sikap, dan nilai-nilai melalui pelatihan program dan kursus, rekrutmen, seleksi, penyuluhan dan penempatan, pengelolaan stres dan program pemeliharaan kesehatan.
2.    Melalui tingkah laku,
Melalui proses dengan cara mengubah proses interaksi seperti pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan komunikasi.
3.    Struktur organisasi,
Adanya teknologi dengan cara mendesain ulang pekerjaan, prosedur administrasi, mekanisme penghargaan, pengelompokan pegawai dan mengenalkan prosedur kerja baru.
4.    Tujuan organisasi,
Strategi dan budaya organisasi, yaitu mulai mempromosikan klarifikasi tujuan dan memformulasikan strategi untuk menyesuaikan dengan pasar dan kondisi eksternal, mengubah budaya organisasi untuk menyesuaikan dengan strategi dan kondisi lingkungan .
Dengan demikian, organisasi adalah unit yang dikoordinasikan dan berisi paling tidak dua orang atau lebih yang fungsinya adalah untuk mencapai tujuan bersama atau seperangkat tujuan bersama. Hal ini berarti, fakta-fakta yang ada tidak bisa difragmentasikan menjadi bagian-bagian yang berdiri sendiri, tetapi merupakan anatomi mekanisme yang menjadi sistem sinergis dan integral yang di dalamnya terdapat subsistem yang bersifat relationship atau saling berhubungan erat.
Secara sederhana, organisasi bisa dipahami sebagai sebuah sistem yang melakukan koordinasi berbagai aktivitas dari segenap pihak yang terlibat di dalamnya yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama. Begitu pula dalam organisasi pendidikan Islam merupakan anatomi mekanisme yang terdiri dari subsistem yang saling menunjang dalam bekerja untuk mencapai tujuan pendidikan Islam berlandaskan pada etika.
Oleh karena itu, organisasi pendidikan Islam tidak akan pernah bisa efektif jika unsur kepemimpinan yang merupakan pendorong utama tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini menunjukkan urgensitas eksistensi kepemimpinan dalam organisasi pendidikan Islam membentuk dinamika untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama. Dari sini pula, Engkoswara dan Aan Komariyah (2010) yang dikutip Baharuddin dan Umiarso -dalam konteks pendidikan- mengemukakan bahwa kepemimpinan pendidikan mengacu pada suatu proses memengaruhi, mengoordinasi, dan menggerakkan perilaku orang lain serta melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih positif dalam mengupayakan keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan pada deskripsi tersebut, pekerjaan utama seorang pemimpin dalam organisasi pendidikan Islam tak ubahnya melaksankan fungsi-fungsi atau tugas-tugas kepemimpinan organisasi yang lain. Konklusinya, sukses atau tidaknya organisasi pendidikan Islam sangat tergantung pada kualitas kepemimpinannya. Kemudian, labelisasi kepemimpinan mengikuti seiring tercapainya ranah kesuksesan tersebut.
Semua yang dihadapi pemimpin dalam sebuah organisasi pendidikan Islam terus bergerak dan bergejolak menuju satu tahapan yang sesuai dengan karakteristik komunitas tersebut. Proses imi menuntut proses penyatuan berbagai sumberdaya organisasi terutama sumber daya manusia yang ada. Sebab, organisasi tidak akan lepas dari proses perubahan yang disebabkan oleh arus tantangan dan peluang yang berbada.
Pada organisasi pendidikan Islam kontemporer, eksistensi seorang pemimpin tidak lagi bersifat menentukan jatuh bangunnya suatu organisasi secara terfokus, tetapi lebih bersifat memberi dorongan dan bimbingan secara humanis kepada bawahannya. Oleh karena itu, tugas seorang pemimpin terdiri dari beberapa ranah, antara lain:
1.    Bertanggung jawab atas keberhasilan organisasi;
2.    Menciptakan keseimbangan dalam rangka pencapaian tujuan;
3.    Seorang pemikir, dan konseptor;
4.    Melaksanakan tugas dan menggunakan orang lain;
5.    Sebagai penengah;
6.    Sebagai seorang politisi;
7.    Sebagai seorang diplomat;
8.    Sebagai pengambil keputusan.
Sedangkan menurut pendapat Hasibuan Malayu yang dikutip oleh Baharuddi dan Umiarso yang diambil dari kutipan Mulyadi, perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya meliputi:
1.    Mengambil keputusan;
2.    Mengembangkan imajinasi;
3.    Mengembangkan kesetiaan pengikutnya;
4.    Pemakarsa, penggiatan, dan mengendalikan rencana;
5.    Memanfaatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya;
6.    Melaksanakan kontrol dan perbaikan-perbaikan atas kesalahan;
7.    Memberikan tanda penghargaan;
8.    Mendelegasikan wewenang kepada bawahannya;
9.    Melaksanakan keputusan dengan memberikan dorongan kepada para pengikutnya.
Dalam lembaga pendidikan Islam, fungsi seorang pemimpin tersebut adalah untuk memastikan seluruh tugas dan kewajiban yang dilaksanakan dalam suatu organisasi berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan aturan yang ada. Seorang pemimpin yang secara resmi diangkat menjadi kepala, bisa saja ia berfungsi atau mungkin tidak berfungsi sebagai pemimpin.
Fakta yang kemudian menjadi problema yang sangat dihindari oleh lembaga pendidikan Islam. Sebab, menuruut P. siagian yang dikutip oleh Baharuddin dan Umiarso, bahwa fungsi-fungsi kepemimpinan meliputi 5 hal, yaitu:
1.    Pemimpin sebagai penentu arah.
2.    Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi.
3.    Pemimpin sebagai komunikator yang aktif.
4.    Pemimpin sebagai mediatir.
5.    Pemimpin sebagai integrator .
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.

2.2 Urgensitas fungsi kepemimpinan dalam organisasi pendidikan Islam.
    Sebuah diskusi tentang kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari ide-ide tentang kekuasaan. Kita semua memiliki respon yang datangnya secara otomatis terhadap kekuasaan dan kita dipengaruhi oleh pengalaman sosialisasi asumsi peringkat, batasan dan posisi di dalam hubunga kita, komunitas kita dan organisasi. Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah dan merupakan suatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.
    Berikut ini adalah beberapa contoh fungsi kepemimpinan yang cocok dengan visi kepemimpinan dengan berbagai rasa, yaitu menciptakan visi dan rasa komunitas, membantu mengembangkan komitmen daripada sekedar memenuhinya, menginspirasi kepercayaan, mengintegrasikan pandangan yang berlainan, mendukung pembicaraan yang cukup melalui dialog, membantu menggunakan pengaruh mereka, kepemimpinan melalui berbagai rasa, memfasilitasi, memberi semangat pada yang lain, menopang tim, bertindak sebagai model. Elemen-elemen kepemimpinan berbagai rasa bukanlah hal baru, tetapi mereka tidak selalu menjadi bagian dominan dalam model pemikiran, tindakan, dan pengorganisasian .
    Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan berada diluar situasi itu, pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.
    Fungsi kepemimpinan sendiri merupakan salah satu cara untuk memberikan pendapat bahwa dengan adanya kepemimpinan maka dapat menciptakan struktur untuk pencapaian tujuan, mempertahankan dan mengamankan integritas organisasi dan mendamaikan perbedaan yang terjadi dalam kelompok menuju ke arah kesepakatan bersama.
   
Dalam melaksanakan aktivitasnya, bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang membantu untuk mengembangkan fungsi dari kepemimpinan tersebut. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Joseph Reitz (1981) yang dikutip Nanang Fattah, sebagai berikut :
1.    Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2.    Harapan dan perilaku atasan.
3.    Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4.    Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5.    Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6.    Harapan dan perilaku rekan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang pemimpin. Oleh sebab itu, suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi .
Selain itu, setiap penulis literatur kepemimpinan pendidikan pada umumnya mengajukan pengertian tersendiri tentang kepemimpinan dalam pendidikan tersebut. Biasanya ketika melukiskan kepemimpinan pendidikan merupakan suatu proses membujuk (inducing) dan mempengaruhi orang-orang lain atau komponen pendidikan menuju sasaran bersama, yaitu tujuan pendidikan. Dengan menggunakan definisi tersebut, akan memunculkan implikasi setidaknya mencakup tiga eleme berikut:
1.    Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu konsep relasi (relacional consept). Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut) sebagai komponen pendidikan. Dengan demikian, memunculkan suatu asumsi bahwa jika tidak ada pengikut sebagai sumber daya pendidikan, tidak ada pemimpin pendidikan.
2.    Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin dalam lembaga pendidikan harus melakukan sesuatu yang mempunyai implikasi terhadap pencapaian tujuan lembaga pendidikan. Oleh sebab itu, kepemimpinan pendidikan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas yang berada dipuncak organisasi pendidikan.
3.    Kepemimpinan pendidikan harus mampu membujuk bawahannya untuk mengambil tindakan yang mempengaruhi terhadap proses pendidikan. Pemimpin pendidikan membujuk dan mengkoordinasikan sumber daya pendidikan melalui berbagai cara. Misalnya, seperti menggunaka otoritas yang terlegitimasi secara yuridis, menciptakan modal (menjadi teladan), penetapan sasaran atau tujuan, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi, dan mengomunikasikan visi.
      Deskripsi tersebut memberikan pemahaman tentang pengaruh substantif kepemimpinan pendidikan terhadap lembaga dan organisasi pendidikan. Begitu pula dalam konteks pendidikan Islam, tidak bisa dilepaskan dari fungsi dari sosok pemimpin. Menurut Stephen P. Robbin, pentingnya fungsi kepemimpinan bagi suatu organisasi itu terletak pada kebutuhan akan keoordinasi dan kendali. Tujuan organisasi tidak akan dapat dicapai secara efektif dan efisien jika masing-masing individu yang terorganisasi di dalamnya berjalan secara fragmentalis tanpa koordinasi tanpa kendali. Aturan, kebijakan, uraian tugas, dan hierarki otoritas merupakan ilustrasi dari peranti yang diciptakan untuk memudahkan koordinasi dan kendali. Selain itu, kepemimpin menyumbang kepemaduan berbagai aktifitas pekerjaan, koordinasi komunikasi antara subunit organisasi, pemantauan, dan pengawasan penyimpangan dari standar. Tidak ada sejumlah aturan dan pengaturan dapat menggatikan pemimpin yang berpengalaman yang dapat membuat keputusan yang cepat dan menentukan.
     Sedangkan Soekarno Indrafachrudi pada arah yang sama menyimpulkan bahwa fungsi kemimpinan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua macam sebagai berikut:
1.    Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai, diantaranya:
a.    Memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan kepada aggota-anggotanya agar dapat bekerjasama mencapai tujuan tersebut.
b.    Memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi agar dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baru.
c.    Membantu anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan yang perlu agar dapat mengadakan pertimbangan yang sehat.
d.    Menggunakan kesanggupan dan minat khusus anggota kelompok.
e.    Memberi dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok.
f.    Memberi kepercayaan dan tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan bersama.
2.    Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan sambil memeliharanya, diantaranya:
a.    Memupuk dan memelihara kebersamaan didalam kelompok.
b.    Mengusahakan suata tempat bekerja yang menyenangkan sehingga dapat memupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas.
c.    Dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok.
d.    Menggunakan kelebihan yang dimilikinya bukan untuk berkuasa atau mendominasi, melainkan sebagai sumbangan terhadap kelompok demi mencapai tujuan yang bersama.
Seorang pemimpin pendidikan Islam akan lebih memikirkan masalah kualitas normatif (sejauh mana kecocokan dengan hasil yang dicapai) dengan nilai-nilai alqur’an dan hadits. Diluar hal-hal yang berkaitan dengan nilai objektif dan misi lembaga pendidikan Islam, pemimpin membangkitkan kehidupan yang berkualitas. Selain itu, ia juga menggerakkan komponen pendidikan Islam melangkah keluar dari kebiasaan dan keterikatan kehidupan sehari-hari kepada profesionalitas kerja. Bahkan, iapun hendaknya mampu mengajak seluruh masyarakat untuk memikirkan kehidupan anak-anak dikemudian hari. Yaitu, suatu kehidupan yang baik dan berkualitas dan tidak membelenggu dalam ruang lingkup berpikir sehari-hari.
Hal tersebut berbeda dengan substansi  kepemimpinan pada umum atau, substansi kepemimpinan: pendidikan umum:. Sebab, pada pendidikan umum substansi kepemimpinan meliputi program kurikulum, dan penyajian mengajar dan belajar, serta sufersi dan evaluasi. Semuanya itu merupakan permasalahan lembaga pendidikan yang utama. Artinya, komponen tersebut yang ada dalam lembaga pendidikan merupakan lahan garapan yang pasti dipikirkan dan dilakukan. Dengan demikian, peran pimpinan pendidikan sebagai seorang pemimpin lebih banyak diarahkan kepada tugas-tugas yang berkaitan dengan hal-hal berikut:
1.    Pemimpin formal, kedudukannya sebagai pemimpin dikaitkan dengan keputusan atasan.
2.    Ketua sebuah tim kerja yang bersandar kepada wewenang yang dimilikinya berdasarkan surat keputusan.
3.    Penanggung jawab keberhasilan pengelolaan sekolah.
4.    Sumber hukum yang mempunyai wewenang, mengambil keputusan, menjalankan keputusan, dan menjatuhkan sanksi.
Dengan demikian, kinerja pemimpin akan mampu membawa lembaga pendidikan Islam ke arah kemajuan kompetitif yang efektif. Kondisi yang demikian merupakan salah satu prasyarat dalam mengkonstruk sekolah efektif. Hal ini oleh Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas dikatakan bahwa ciri utama sekolah efektif berdasarkan berbagai riset meliputi:
1.    Kepemimpinan instruksional yang kuat.
2.    Harapan yang tinggi terhadap prestasi siswa.
3.    Adanya lingkungan belajar yang tertib dan nyaman.
4.    Menekankan kepada keterampilan dasar.
5.    Pemantauan secara cotinue terhadap kemajuan siswa.
6.    Terumuskan tujuan sekolah secara jelas.
Dalam paradigma kepemimpinan pendidikan Islam, ciri-ciri tersebut dibingkai dengan frame nilai-nilai etik-quramik.
Kinerja pemimpin yang demikian pada dasarnya merupakan kinerja pemimpin pendidikan Islam yang efektif. Namun secara global, kepemimpinan pendidikan Islam efektif dapat dilihat dari tujuh perilaku kepala lembaga pendidikan Islam untuk:
1.    Menerapkan kepemimpinan sekolah efektif.
2.    Melaksanakan kepemimpinan instruksional.
3.    Memelihara iklim belajar yang berpusat pada siswa (student oriented).
4.    Mengembangkan profesionalitas dan mengelola sumber daya manusia.
5.    Melibatkan orang tua dan menjalin kemitraan dengan masyarakat.
6.    Mengelola lembaga pendidikan Islam secara afektif dan melaksanakan program harian.
7.    Melaksanakan hubungan interpersonal secara efektif.
Syaiful Sagala mengemukakan pendapatnya bahwa untuk memenuhi label kepemimpinan pendidikan yang menganut paradigma profesional ada 6 poin yang harus dipenuhi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Proses yang benar.
2.    Struktur yang benar
3.    Orang yang benar.
4.    Informasi yang benar.
5.    Keputusan yang benar.
6.    Imbalan penghargaan yang benar.
     Dengan demikian, kepala lembaga pendidikan Islam sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua hal, dan mendelegasikan tugas. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat di analisis dari kepribadiannya, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misis sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan Sulistiorini, mengungkapkan bahwa kepala lembaga pendidikan Islam sebagai seorang leader harus mampu melakukan beberapa hal di antaranya adalah sebagai berikut:
1.    Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri pada tenaga pengajar, staf, dan peserta didik dalam melaksanakan tugas masing-masing.
2.    Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada para tenaga-tenaga, staf dan para peserta didik serta memberikan dorongan memacu dan berdiri didepan demi kemajuan dan memberikan inspirasi lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan.
Sebagai pemimpin, pimpinan sekolah harus dapat memerankan dirinya sebagai:
1.    Pemegang kendali organisasi
Sebagai pemimpin tertinggi, ia merencanakan, menentukan, dan sekaligus melaksanakan tujuan organisasi.
2.    Katalisator
Ia bertugas menghubungkan sekolah dengan dunia luar atau lingkungan sekitarnya dan bertindak sebagai juru bicara sekolah dalam memperjuangkan kepentingan sekolah.
3.    Integrator
Artinya, dapat mengintregrasikan sejumlah tugas-tugas pengolaan sekolah seperti:
a.    Program instruksional;
b.    Kemuridan;
c.    Sumber dana dan sumber daya;
d.    Hubungan antarsekolah dengan masyarakat.
4.    Bapak
Sebagai primus interpares atau pimpinan keluarga dalam sekolahnya, ia memberikan tuntunan, bimbingan terhadap keluarga dalam sekolahnya yang bersifat kebapakan.
5.    Pendidik
Pimpinan sekolah hendaknya melaksanakan tanggung jawab sebagai seorang yang penuh kasih memperhatikan kebutuhan dan kepentingan anggota-anggota sekolahnya.
    Selain itu, bagi pemimpin pendidikan Islam, dituntut untuk mampu berperan sebagai representasi dari nama-nama Allah yang 99 (Asmaul Husna). Yaitu, tentang maknanya, pengaruhnya terhadap jiwa, dan cara meneladaninya untuk diterjemahkan dalam praktik perilaku pemimpin pendidikan Islam dengan prinsip bahwa Allah menitipkan dan menghiasi diri manusia untuk mencintai nilai-nilai yang dicintai oleh-Nya dan membenci segala hal yang dibenci oleh Allah pula dan QS Al-Hujarat (49): 7 menerangkan bahwa:
وَاعْلَمُوْا أَنَّ فِيْكُمْ رَسُوْ لَ اللهِ لَوْ يُطِيْعُكُمْ فِيْ كَثِيْرٍ مِنَ الأَمْرِ لَعَنِّتُمْ وَلَكِنَّ اللهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الإِيْمَانَ وَزَيَّنَهُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الكُفْرَ وَالفُسُوْقَ وَالعِصْيَانَ أُوْلَئِكَ هُمُ الرَّا شِدُوْنَ
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benar kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.
    Dalam konteks lainnya, pemimpin pendidikan Islam dituntut untuk memiliki inisiatif yang jelas dalam menyikapi berbagai trend dan tuntutan perubahan zaman untuk mencapai tujuan pendidikan Islam atau minimal menyelaraskan perubahan dengan program organisasi pendidikan Islam. Selain itu seorang pemimpin harus aktif dalam membentuk gagasan serta memadukan pribadi dan sikap aktifnya untuk mencapai tujuan. Seorang pemimpin pendidikan tidak hanya dituntut untuk memiliki keterampilan menejer saja. Lebih dari itu, ia harus memiliki kemampuan administator dan supervisor dan memiliki kelebihan dalam hal kualitas pandangan, intensitas, dan kreativitas. Dengan demikian, di lapangan, tugas pemimpin pendidikan Islam dalam arti pimpinan lembaga pendidikan Islam maka fungsi sebagai pimpinan biasanya sudah bercampur dengan fungsi administator, manajer maupun supervisor yang bisa digambarkan sebagai berikut:
1.    Ke dalam (Inside)
a.    Membuat perencanaan (administrator);
b.    Membinan dan membimbing setiap petugas (administrator);
c.    Membina dan membimbing administrasi keuangan dan perbekalan (administrator);
d.    Membina tercapainya situasi KBM yang baik (administrasi);
e.    Memimpin upacara sekolah (pemimpin);
f.    Mengatur, membina, mendayagunakan sarana tenaga yang ada demi tercapainya tujuan yang dikehendaki organisasi (manajer);
g.    Melaksankan 12 langkah kepemimpinan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari (administrator);
h.    Membimbing dan membina usaha-usaha 5k (administrator);
i.    Mengadakan penilaian dan pengusulan promosi kenaikan tingkat bagi personil sesuai dengan peraturan (administrator).
2.    Keluar (outside)
a.    Mengadakan pertemuan dengan orang tua murid (pemimpin);
b.    Mengadakan hubungan kerja sama dengan pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah dan sebagai pejabat setempat (manajer);
c.    Mengadakan hubungan dengan badan-badan sosial yang dapat membantu pelaksanaan KBM sekolah (manajer);
d.    Mengadakan hubungan dengan badan-badan swasta dalam rangka usaha peningkatan pendidikan dan pengajaran di sekolah (manajer);
e.    Mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan secara vertikal maupun horizental dalam usaha pembinaan dan pengembangan pendidikan disekolah (manajer).
    Dengan demikian, unsur yang terpenting dalam kepemimpinan pendidikan Islam adalah fungsi dari kepemimpinan pada tataran praktis. Namun, tidak semua pemimpin mengerti maksud kepemimpinan pendidikan Islam dan kualitas serta fungsi-fungsi yang harus dijalankan oleh pemimpin pendidikan Islam. Setiap orang memberi sumbangan bagi perumusan dan pencapaian tujuan pendidikan Islam adalah pemimpin. Namun, individu yang mampu memberi sumbangan lebih besar terhadap perumusan tujuan pendidikan Islam serta terhimpunnya suatu kelompok di dalam kerja sama mencapai tujuan, dianggap sebagai pemimpin yang sebenarnya .

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
    Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
    Selain itu, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya.
Salah satu bentuk kepemimpinan dalam lembaga pendidikan islam adalah kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan. karena ia merupakan pemimpin dilembaganya, Kualitas dan kompetensi kepala sekolah secara umum setidaknya mengacu kepada empat hal pokok,yaitu : (a) sifat dan ketrampilan kepemimpinan ; (b) kemampuan pemecahan masalah; (c) ketrampilan social; dan (d) pengetahuan serta kompetensi professional.
Fungsi dan perannya sebagai kepala sekolah yaitu meliputi, Sebagai Pendidik (educator), Sebagai Manajer, Sebagai Administrator, Supervisor, pemimpin dan innovator. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Umiarso. 2012. Kepemimpinan Pendidikan Islam; Antara Teori dan Praktik.     Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Fattah, Nanang. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosdakarya.
Isjoni. 2007. Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan. Bandung : Sinar Baru         Algensindo.
Marno dan Trio Supriatno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.    Bandung: PT Refika Aditama.
Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin. 2009. Islamic Leadership; Membangun SuperLeadership     Melalui Kecerdasan Spiritual. Jakarta: Bumi Aksara.
Ukas, Maman. 1999. Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Bandung : Ossa Promo.




Previous
Next Post »

4 komentar

Click here for komentar
fuad lovers
admin
23 Mei 2016 pukul 16.24 ×

Assalamualaikum
Luar biasa sangat bermanfaat buat referensi

Reply
avatar
fuad lovers
admin
23 Mei 2016 pukul 16.24 ×

Assalamualaikum
Luar biasa sangat bermanfaat buat referensi

Reply
avatar
23 Mei 2016 pukul 16.41 ×

Assalamualaikum
Sangat bermanfaat
Buat referensi

Reply
avatar
Unknown
admin
23 Mei 2016 pukul 20.43 ×

waalaikum salam...
oh yah thnks

Reply
avatar

Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai topik, Mohon maaf komentar dengan nama komentator dan isi komentar yang berbaru P*RN*G*R*FI, OB*T, H*UCK, J*DI dan komentar yang mengandung link aktif, Tidak akan di tampilkan! ConversionConversion EmoticonEmoticon

Thanks for your comment