MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Tarbiyah dan Ta’lim dalam Al-Qur’an dan al-hadits
Dosen Pengampu : Drs. Khozin, M. si
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mengajarkan manusia dengan bahasanya yang lemah lembut, balaghoh yang indah, sehingga al-Qur’an membawa dimensi baru terhadap pendidikan dan berusaha mengajak para ilmuwan untuk menggali maksud kandungannya agar manusia lebih dekat kepada-Nya.
Petunjuk pendidikan dalam al-Qur’an tidak terhimpun dalam kesatuan bahasan tetapi ia diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-Qur’an, sehingga untuk menjelaskannya perlu melalui tema-tema pembahasan yang relevan dan ayat-ayat yang memberikan informasi-informasi pendidikan yang dimaksud.
Al-Qur’an mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus (Q.S. Al-Israa: 19).
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِن ٌ فَأُوْلَائِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُوراً
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha kearah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.”
Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut.
Muhammad Rasulullah dipandang sukses dalam mendidik masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudi tinggi dan akhlak mulia. Pada mulanya masyarakat Arab adalah masyarakat jahiliyah, sehingga perkataan primitif tidak cukup untuk menggambarkannya, hingga datang Rasulullah yang membawa mereka untuk meninggalkan kejahiliahan tersebut dan mencapai suatu bangsa yang berbudaya dan berkepribadian yang tinggi, bermoral serta memberipengetahuan.
Al-Qur’an memberi petunjuk atau arah, jalan yang lurus mencapai kebahagiaan bagi manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 16:
يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَه سُبُلَ السَّلاَمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِه ِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاط ٍ مُسْتَقِيم
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah untuk manusia di bumi ini di beri kuasa oleh Allah sebagai penerima wahyu, yang diberi tugas untuk mensucikan dan mengajarkan manusia sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 151. Dalam ayat tersebut mensucikan diartikan dengan mendidik, sedang mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dan metafisika dan fisika.
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembacaan, penyucian dan pengajaran tersebut adalah pengabdian kepada Allah, sejalan dengan tujuan penciptaan manusia dalam surat Al-Dzariyat (51) ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”
Maksudnya Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menjadikan tujuan akhir atau hasil segala aktivitasnya sebagai pengabdian kepada Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana asal-usul kata Al-tarbiyah dan Ta’lim ?
2 Bagaimana Al-tarbiyah dan Ta’lim dalam al-Qur’an?
3 Bagaimana Al-tarbiyah dan Ta’lim dalam al-hadits ?
4 Bagaimana perbedaan antara Al-Tarbiyah dan Ta’lim ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui asal-usul kata Al-Tarbiyah dan Ta’lim.
2. Mengetahui Al-tarbiyah dan Ta’lim dalam al-Qur’an.
3. Mengetahui Al-tarbiyah dan Ta’lim dalam al-hadits.
4. Mengetahui perbedaan antara Al-Tarbiyah dan Ta’lim.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-usul kata At-Tarbiyat dan Ta’lim
At-Tarbiyat
Secara umum kata At-tarbiyat dapat dikembalikan kepada tiga kata kerja yang berbeda, antara lain:
1. Raba’-Yarbu’ yang bermakna nama-yanmu, artinya berkembang.
2. Rabiya-yarba yang bermakna nasya-a, tara’ra-a artinya tumbuh.
3. Rabba-yarubbu yang bermakna aslahahu,tawalla’amrahu, sasa-ahu, wa qama ‘alaihi, wa ra’ahu yang berarti memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga, dan memeliharanya atau mendidik.
Secara etimologis, kata tarbiyat adalah mashdar (asal kata) dari kata raba’-yarbu’rabwan-rabaan kemudian kata ini dirubah kedalam tsulatsi mazid dengan pola fa-‘ala-yufa’-ilu-taf’ilan, maka kata itu menjadi rabba’-yurabbi’-tarbiyatan.
Al-Manzhur dan Az-Zubaidi menjelaskan bahwa pendidikan berarti baiknya pemeliharaan dan pengurusan hingga melewati masa kanak-kanak baik ia anaknya atau bukan. Kemudian ia menambahkan bahwa tarbiyat di sini diartikan juga ghadzautuhu artinya memberi makan atau mengurus.
Selanjutnya, Al-Manzhur mengemukakan bahwa rabba-yarubbu-rabban memiliki arti malakahu, artinya memiliki atau menguasai. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa kata rabba-yarubbu-rabban wa rababan wa rabanan bermakna pula namma’ (mengembangkan), dan aslaha (membereskan atau mengatur).
Az-Zubaidi menjelaskan makna yang sama dengan Al-Manzhur di atas, namun ia menambahkan dengan arti lain, yaitu kata lazima artinya menetap (tinggal suatu tempat).
Al-Fairuz Abadi menjelaskan bahwa kata rabba itu berarti jama’a wa zada (mengumpulkan,menambahkan), dan wa aqama (tinggal/menetap). Arti ini merupakan penguat sekaligus mempertegas pengertian yang disampaikan oleh kedua tokoh bahasa di atas, juga sebagai bukti bahwa para ahli di atas saling melengkapi.
Berkaitan dengan arti tarbiyat di atas, Al-Manzhur mengemukakan ada sejumlah kosa kata yang semakna dengan ‘tarbiyat’, namun pada hakikatnya tidak membentuk kata tarbiyat. Kata-kata tersebut adalah rabba-rabban, rabbaba-tarbiban; tarabba-tarabbiyan.
Akar kata rabiya-yarba menurut Al-Manzhur memiliki dua mashdar, yaitu raba’an wa ribyan, yang artinya nasya’tu fihim (berkembang). Selanjutnya Al-Manzhur menjelaskan bahwa kata rabiya-yarba semakna dengan raba’-yarbu’-rabwan wa rubuwan, seperti dalam kalimat “rabautu’r-rabiyata”, artinya ‘allawtuha (meninggikan).
Dari uraian beberapa ahli bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa secara bahasa, kata tarbiyat mempunyai banyak makna, antara lain: al-ghadzdza (memberi makan atau memelihara; ahsanu al-qiyami ‘alaihi wa waliyyihi ( baiknya pengurusan dan pemeliharaan); nammaha wa zadaha (mengembangkan dan menambahkan); malakahu (memiliki); ansya-ahu (mengem-bangkan);dan allawtuhu (meninggikan).
Dalam leksikologi Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, nurabbi, yurbi, dan rabbani. Dalam mu’jam bahasa Arab, kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu :
1. Rabba, yarbu, tarbiyah : yang memiliki makna ‘tambah’ (Zad) dan ‘berkembang’ (nama). Pengertian ini juga didasarkan QS. Ar-Rum ayat 39. “ Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.” Artinya pendidikan (tarbiyah) merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.
2. Rabba, yurbi, tarbiyah : yang meiliki makna tumbuh (nasya’a) dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a). Artinya pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untu menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.
3. Rabba, yarubbu, tarbiyah : yang memiliki makna memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, meberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupannya.
Jika istilah tarbiyah diambil dari fi’il madhi-nya (rabbayani) maka ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, membesarkan dan menjinakkan. Pemahaman tersebut diambil dari tiga ayat dalam Al-Qur’an. Dalam QS. Al-Isra’ ayat 24 disebutkan : “ kama rabbayani shagira, sebagaimana mendidik sewaktu kecil “ Ayat ini menunjukkan pengasuhan dan pendidikan orang tua kepada anak-anaknya, yang tidak saja mendidik pada domain jasmani, tetapi juga domain rohani. Sedang dalam QS. Asy-Syu’ara ayat 18 disebutkan: “alam nurabbika fina walida, bukankah kami telah mengasuhmu diantara (keluarga) kami. “ Ayat ini mennjukkan pengasuhan Fir’aun terhadap Nabi Musa sewaktu kecil, yang mana pengasuhan itu hanya sebatas pada domain jasmani, tanpa melibatkan domain rohani. Sementara dalam QS. al-Baqarah : 276 disebutkan : “ Yamhu Allah al-riba wa yurbi shadaqah, Allah menghapus sistem riba dan mengembangkan sistem sedekah. “ Ayat ini berkenaan dengan makna ‘menumbuh kembangkan’ dalam pengertian tarbiyah, seperti Allah menumbuh kembangkan sedekah dan menghapus riba.
Menurut Fahr al-Razi, istilah rabbayani tidak hanya mencakup ranah kognitif, tapi juga afektif. Sementara Syed Quthub menafsirkan istilah tersebut sebagai pemeliharaan jasmani anak dan menumbuhkan kematangan mentalnya. Dua pendapat ini memberikan gambaran bahwa istilah tarbiyah mencakup tiga domain pendidikan, yaitu kognitif (cipta), afektif (rasa) dan psikomotorik (karsa) dan dua aspek pendidikan, yaitu jasmani dan rohani.
Merujuk pada kesamaan akar, konsep tarbiyah selalu saja dikaitkan dengan konsep tauhid rububiyyah. tauhid rububiyyah adalah mengesakan Allah SWT. dalam segala perbuatan-Nya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk (QS. al-Zumar:62), memberi rezki (QS. Hud:6), menguasai dan mengatur alam semesta. Tidak mungkin alam yang tercipta dan tersusun dengan rapi ini dikendalikan dengan dua kekuatan atau lebih, maka akan terjadi perebutan kehendak yang mengakibatkan kehancuran (QS. al-Anbiya: 22), atau jika masing-masing Tuhan itu berkompromi untuk menciptakan sesuatu berarti kekuasaan masing-masing Tuhan tidak mutlak, karena dibatasi oleh kekuasaan Tuhan yang lain. Hal itu mengandung arti bahwa esensi pendidikan Islam harus mengandung pengembangan jiwa tauhid rububiyyah, tanpa itu maka pendidikan Islam akan kehilangan makna.
Tarbiyah dapat juga diartikan dengan “proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik (Rabbani) kepada peserta didik agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur.”
Pemahaman istilah tarbiyah dapat dilihat dibawah ini
تَبْلِيغُ الشَّيئِ اِلَي كَمَالِهِ شَيأً فَشَيأً بِحَسْبِ اِسْتِعْدَادِهِ
“ Proses menyampaikan (transformasi)sesuatu sampai apda batas kesempurnaan yang dilakukan tahap demi tahap sebatas pada kesanggupannya “
Dalam pengertian tarbiyah ini, terdapat lima kata kunci yang dapat dianalisis :
1. Menyampaikan (al-tabligh). Pendidikan dipandang sebagai usaha penyampaian, pemindahan dan transformasi dari orang yang tahu (pendidik) pada orang yang tidak tahu (peserta didik) dan dari orang yang dewasa pada orang yang belum dewasa.
2. Sesuatu (al-asay). Maksud dari ‘sesuatu’ di sini adalah kebudayaan, baik material maupun nonmaterial (ilmu pengetahuan, seni, estetik, etika, dan lain-lain) yang harus diketahui dan internalisasikan oleh peserta didik.
3. Sampai pada batas kesempurnaan (ila kamalihi). Maksudnya adalah bahwa proses pendidikan itu berlangsung terus menerus tanpa henti, sehingga peserta didik memperoleh kesempurnaan, baik dalam pembentukan karakter dengan nilai-nilai tertentu maupu memiliki kompetensi tertentu dengan ilmu pengetahuan.
4. Tahap demi tahap (syay’ fa syay’). Maksudnya, transformasi ilmu pengetahuan dan nilai dilakukan dengan berjenjang menurut tingkat kedewasaan perserta didik, baik secara boilogis, psikologis, social, maupun spiritual.
5. Sebatas pada kesanggupannya (bi hasbi isti’ dadihi). Maksudnya dalam proses transformasi pengetahuan dan nilai itu harus mengetahui tingkat peserta didik, baiik dari sisi usia, kondisi fisik, psikis, social, ekonomi dan sebagainya, agar dalam tarbiyah itu ia tidak mengalami kesulitan.
Asumsi pengertian ini, sebagaimana yang di isyaratkan dalam surah QS. An-Nahl ayat 78, adalah bahwa manusia dilahirkan oleh ibu nya dengan tidak mengetahui apa-apa. Lalu Allah SWT. Memerikan potensi pendengaran (sam’a), penglihatan (abshar), dan hati nurani kepada manusia, agar ia mampu menangkap, mencerna, menganalisis, dan mengetahui apa yang datang dari luar.
Tarbiyah merupkan bentuk mashdar dari kata robba-yurabbi-tarbiyyatan, yang berarti pendidikan. Sedangkan menurut istilah merupakan tindakan mengasuh, mendididk dan memelihara.
Muhammad Jamaludi al- Qosimi memberikan pengertian bahwa tarbiyah merupakan proses penyampian sesuatu batas kesempurnaan yang dilakukan secara setahap demi setahap. Sedangkan Al-Asfahani mengartikan tarbiyah sebagai proses menumbuhkan sesuatu secara setahap dan dilakukan sesuai pada batas kemampuan.
Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya.
Asal-usul kata At-Ta’lim
At-Ta’lim
Kata Ta’lim adalah masdhar dari علّم yang diambil dari عَلِم yang berpola kepada فَعّل. Wazan ini salah satu fungsinya adalah li-ta’diyat, yaitu untuk menjadikan kata kerja yang asalnya tidak berobjek, menjadi berobjek, atau kata kerja yang asalnya berobjek atau menjadi berobjek dua.
Para ahli bahasa Arab telah memberikan arti pada kata ‘alima dengan beberapa arti. Arti-arti itu dapat dilihat dalam penggunaannya di kalangan orang Arab. Misalnya, ‘alimtu ‘sy-syai-a artinya ‘araftu (mengetahui,mengenal), ‘alima bi’sy-syai-I artinya sya’ara (mengetahui,merasa), ‘alima ‘r-rajula artinya khabarahu (memberi kabar kepadanya). Kata al-‘ilmu (العلم) yang merupakan masdhar dari علّم bermakna idraku’sy-syai-a bi haqiqatihi ( mengetahui sesuatu dengan sebenar-benarnya ), sedangkan kata ‘alima sendiri artinya ‘arafahu wa tayaqqanahu (mengetahui dan meyakininya).
Al-Munawwir menyebutkan makna العلم علّم dengan arti mengajar. Begitu juga dengan علّمه, artinya hadzdzabahu (mendidik). Kata a’lama yang bentuk mashdarnya al-I’lam berarti memberitahu.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna ta’lim secara bahasa adalah memberitahukan, menerangkan, mengabarkan, yaitu memberitahukan atau menerangkan sesuatu (ilmu) yang dilakukan dengan berulang-ulang dan sering sehingga dapat mempersepsikan maknanya dan berbekas pada diri muta’allim.
secara bahasa berarti pengajaran ( masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman ), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya ( ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’ seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78, “dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur “
B. At-Tarbiyat dan Ta’lim dalam Al-Quran
At-Tarbiyah
Al-Qur’an sebagai kalamullah memiliki berbagai macam rahasia serta keistimewaan baik dalam isinya maupun dari segi kebahasaannya yang tidak terdapat dalam kitab suci agama lain. Begitu juga kosa kata yang ada kaitannya dengan istilah tarbiyat. Al-Qur’an menginformasikan kepada kita banyak kosa kata baik yang berhubungan langsung maupun tidak yang erat kaitannya dengan istilah tarbiyat. Dengan kata lain, akar kata tarbiyat telah ditemukan, baik yang berkaitan makna dengan ihwal tarbiyat maupun kosa kata dan derivasinya yang berhubungan erat dengan istilah ihwal tarbiyat.
Al-Baqi menjelaskan sejumlah kata, baik yang berhubungan langsung dengan ihwal pendidikan maupun yang tidak langsung. Kosa kata tersebut ada dalam bentuk fi’l (kata kerja) maupun dalam bentu ism (kata benda).
Kata-kata yang termasuk kategori fi’l terdapat pada enam kata yang bereda, yaitu : أربي , يربي , نربك , ربيا ني , يربو , ربت . sedangkan kosa kata yang termasuk kelompok ism di temukan ada dua belas kata, yaitu :
ربوة , ربا , الربا , رابية , رابيا , ربأبكم , ربانيين ,ربينون , أربابا , أرباب , رب
Kalau dipilah-pilah sesuai dengan kepentingan penelitian ini, maka ke dealpan belas kosakata tersebut dapat dikelompokkan kedalam kelompok yang memiliki hubungan makna dengan ikhwal/istilah tarbiyat dan kelompok yang erat hubungannya dengan hal ikhwal pendidikan, baik tujuan proses, cara atau strategi, prosedur, cakupan pendidikan dan sejenisnya.
Kata kata mempunyai hubungan makna atau memiliki kedekatan makna dengan ikhwal pendidikan adalah sebagai berkut:
1. Arbabun, terdapat dalam QS. Yusuf [12]: 39. Para mufassir menjelaskan makna arbabun secara beragam, satu diantaranya adalah Al-Juzi. Beliau mengatakan baha arbabun dalam ayat tersebut artinya berhala, baik kecil maupun besar.
2. Arbaban, terdapat dalam QS. Ali-Imran [3]: 64. Para mufassir mengartikannya berbeda-beda pula. Namun baik Ath-Thabari, Al-Juzi, maupun Al-Maraghi memiliki kemiripan mengenai ayat tersebut, bawa yang dimaksud arbaban pada ayat tersebut adalah orang-orang Yahudi yang menjadikan pndeta-pendetanya (seperti ulama dalam bidang agama) sebab arbab begitu pula orang-orang nasrani mejadikan rahib-rahibnya sebagai arbab, yaitu sebagai ikutan atau figur bagi orang awam dalam hal ibadah. Dan sebagainya.
At-Tarbiyat dalam al-Qur’an
1. Arbabun, terdapat dalm QS. Yusuf : 39. Al-Juzi mengatakan bahwa arbabun dalam ayat tersebut artinya berhala, baik kecil maupun besar.
2. Arbaban, terdapat dalam QS. Ali Imran : 64. Ath-Thabari, Al-Juzi, Al-Maraghi bahwa yang dimaksud arbaban pada ayat tersebut adalah orang-orang Yahudi yang menjadikan pendeta-pendetanya (seperti ulama dalam bidang agama).
3. Ribbiyuna, terdapat dalam Q.S. Ali Imran : 146 “ sekelompok orang yang beribadah kepada Tuhannya, baik dari kelompok ahli fiqih, para ulama, para pengajar maupun pelajar/siswa”.
4. Rabiyan, terdapat dalam Q.S. Ar-Ra’du : 17 “ tinggi diatas air /mengambang diatas air ”.
5. Rabiyyata, terdapat dalam Q.S. Al-Haqqat : 10, “ Kerasnya adzab/siksa Allah SWT ”.
6. Rabwatan, terdapat dalam Q.S. Mu’minun : 50, “ tempat/tanah yang tinggi ”.
7. Rabbat, terdapat dalam Q.S. Fushilat : 39 dan Q.S. Al-Hajj : 5, “ memenuhi atau mengembang /meniggi, bertambah ”.
8. Riba / ar-riba, terdapat dalam QS. Ali Imran : 130, dan QS. Al-Baqarah : 257. kata riba / ar-riba adalah az-ziyadah ( bertambah atau berkembang ).
9. Yarbu, terdapat dalam Q.S. Ar-Rum : 39, “ bersih atau berlipat ganda / bertambah ”.
10. Yurbi, terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah : 276 “ bertambah, berkembang, dan berlipat ganda ”.
11. Arba, terdapat dalam QS. Al-Nahl : 92. arba berarti aktsara (lebih banyak). Keduanya menunjukkan arti yang tidak berbeda.
At-Ta’lim dalam Al-Qur’an
At-Ta’lim
Berkaitan dengan kata at-ta’lim dalam al-Qur’an dipakai kata yang berupa fi’l (kata kerja) dan ism (kata benda). Kata yang serupa digunakan dalam dua bentuk : (1) fi’l madliy disebut 25 kali dalam 25 ayat di 15 surat; (2) fi’l mudhari disebut 16 kali dalam 16 ayat di 8 surat.
Kata-kata dalam bentuk fi’l madliy (kata kerja lampau) adalah ‘allama ((علّم dengan berbagai variasinya, antara lain :
1. QS. An-Nisa (4):113
وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمْ
Al-Juzi dan Ash-Shawi tidak menjelaskan makna ‘allama secara khusus, mereka hanya menyebutkan objek yang diajarkan kepada Nabi Muhammad saw yaitu hukum, berita ghaib, kitab, dan hikmah. Tapi dengan melihat objeknya, yaitu Nabi Muhammad saw, maka ‘allama dapat diartikan auha, yaitu mewahyukan atau pemberitahuan melalui wahyu.
2. QS. Yasin (36): 69.
وَمَا عَلّمْنَهُ الشِّعْرِ
Dan kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad)
Ayat di atas memberi pengertian bahwa ‘allama denga kata yang sama, yaitu ‘allama. Sementara Ash-Shawi menjelaskannya dengan kata auha.
Secara kontes, ayat tersebut berkaitan dengan Nabi Muhammad saw, bahwa Allah swt tiidak mengajarkan kepada Muhammad saw al-Qur’an berupa syair. Dan sebagainya.
At-Ta’lim dalam al-qur’an menggunakan bentuk fi’il (kata kerja) dan isim (kata benda), dalam fi’il madliy disebutkan sebanyak 25 ayat dari 15 surat, Fi’il mudlari 16 kali dalam 8 surat. Kata-kata at-Ta’lim dalam bentuk fi’l madliy (kata kerja lampau) adalah ‘allama ( ) dengan berbagai variasinya, antara lain:
1. QS. Al-Baqarah : 31
Al-Maraghi menjelaskan kata ‘allama dengan alhamahu (memberi Ilham), maksudnya Allah SWT, memberi ilham kepada Nabi Adam as. untuk mengetahui jenis-jenis yang telah diciptakan beserta zat, sifat, dan nama-namanya.
2. Q.S. Ar-Rahman : 1-4
Kata Allama’ mengandung arti memberitahukan, menjelaskan, memberi pemahaman.
3. QS. Al-‘Alaq : 4-5
Ash-Shawi, Al-Maraghi, dan Al-Juzi menafsirkan makna ‘allama, dengan makna memberitahukan atau menyampaikan ilmu menulis dengan kalam, menjadikan kalam sebagai alat untuk saling memahami di antara manusia.
C. At-Tarbiyat dan At-Ta’lim dalam Al-Hadits
Al-Tarbiyah
Al-Hadits yang merupakan penjabaran dalam al-Qur’an memiliki berbagai macam fungsi serta keistimewaan baik dalam isinya maupun dari segi kebahasaannya yan tidak terdapat dalam kita lainnya. Begitu juga kosa kata yang ada kaitannya dengan istilah tarbiyat, al-Hadits menginformasikan kepada kita banyak kosa kata baik yang behubungan langsung maupun tidak yang erat kaitannya dengan istilah tarbiyat. Dengan kata lain, akar kata dari istilah tarbiyat ditemukan, baik yang berkaitan makna dengan ikhwal tarbiyat maupun kosakata dan derivasinya berhubungan erat dengan ikhwal tarbiyat.
Wensinck menjelaskan sejumlah kosa-kata, baik yang berhubungan langsung dengan ihwal pendidikan maupun yang tidak langsung. Kosa kata tersebut ada dalam bentuk fi’il maupun dalam bentuk ism. Diantara kata-kata tersebut adalah sebagai berikut :
1. yarubbani
وَ اِنْكَانَ لَا بُدَّ لِاَنْ يَرُبَّنِي بَنُو عَمَّي أَحَبُ اِلَيَّ مِنْ أَنْ يَرُبَّنِيْ غَيْرُهُمْ
Sekiranya mungkin keturunan pamanku lebih aku sukai untuk memimpin dari pada yang lain memimpin.
Dalam matan hadits ini dapat dikemukakan pengertian kata yarubbani. Dalam Fathu’I-Bari, yarubbani bermakna yasudani (memimpin). Hadits ini mengisahkan bahwa Ibnu Abi Mulaikah mengatakan bahwa sekiranya mungkin Bani Umayyah lebih aku sukai memipin suatu pemerintahan dari pada orang lain. Oleh karena itu, kata yurabbani dalam hadits ini bermakna memimpin atau menjadi seorang pemerintahan.
2.Rabba
حَدِيْثُ اِجَابَةِ اَلمُؤَذِّ ن : اَلَّلهُمَّ رَبِّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ
Hadits menjawab adzan : “ Ya Allah, Tuhan bagi seruang yang sempurna ini…..
Menurut An-Nihayat, dijelaskan bahwa kata Rabb dalam hadits diatas berarti pemilik, ada yang berpendapat yang menyempurnakan, penambah, mengamalkan dan menjawab adzan.
At-Tarbiyat dalam al-hadits
Kosa kata yang ada dalam hadits baik dalam bentuk fi’l maupun dalam bentuk ism. Kata-kata tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tarubbu (menjaga, memelihara, dan mengurus).
2. Yurabbi (memelihara dari sejak kecil sampai besar)
3. Yurabbani ( kata Yurabbani, bermakna yasudani yang berarti memimpin).
4. Yurabbi (mendidik dengan unsur ta’lim di dalamnya).
5. Rabba (pemilik,menyempurnakan, penambah, mengamalkan).
6. Rabbi (Hadits Abu Hurairah Ra, “ Janganlah seorang buadk berkata “Rabbi” kepad tuanya).
7. Rabbuha (Rabb berarti pemilik, sedang rabbuha berarti hilangnya unta hingga ditemukan oleh pemiliknya).
8. Rabaib (kambing yang diurus di rumah bukan diluar).
9. Rabbaniyyin (mereka yang mendidik murid-murid dari mulai ilmu yang kecil/ mudah sebelum yang sulit). Juga, disebutkan orang yang pandai, beramal, dan pengajar. Dengan demikian, Rabbani (insan pendidik yang mendidik manusia dari masalah mudah ke masalah yang sulit).
At-Ta’Lim dalam Al-Hadits
At-ta’lim
يَارَسُولَ الله ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيْثِكَ فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأتِيكَ فِيهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَمَكَ الله
Wahai Rasulullah, kaum lelaki telah pergi membawa haditsmu, maka tetapkanlah bagi kami dari dirimu satu hari yang kami bisa datang kepadamu dan engkau mengajar kami dengan apa yang Allah ajarkan kepadamu.
Al-‘Asqalani menjelaskan bahwa ta’lim Nabi saw kepada umatnya, laki-laki dan wanita, dari apa yang telah Allah ajarkan kepadanya, yaitu dengan cara tidak menggunakan pendapatnya dan tidak pula menggunakan qiyas. Menurutnya, seorang ‘alim jika mungkin menjelaskan dengan nash, janganlah menjelaskan dengan pendapatnya dan qiyas.
At-Ta’lim Dalam Hadits
Menurut Al-Asqalani, kata ta’lim nabi kepada umatnya, laki-laki dan perempuan dengan cara tidak menggunakan pendapatnya dan juga qiyas.
Secara struktur, dalam hadits menunjukan makna ta’lim bersifat umum,bagi siapa saja dan tingkatan usia.
D. Perbedaan antara At-tarbiyah dan Ta’lim.
Istilah ta’lim’ dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah “ penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak ”. Oleh karena itu ta’lim di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada “ bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang
secara sempurna ”. Yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.
Denga pemaparan kedua konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keduanya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik.
BAB III
KESIMPULAN
Berbagai pemahaman tentang pendidikan islam ini ternyata memiliki keunikan makna yang terkandung dalam Al-qur’an dan Al-Hadits, karena Al-qur’an bagaikan cahaya yang terpancar dalam setiap sudut mutiara yang menunjukan kekayaan makna lafadz-lafadz dalam ayat-ayat al-qur’an.
kata at-tarbiyat dan at-ta’lim menunjukkan satu konsep pendidikan dalam Islam. Kedua istilah ini saling melengkapi dan tercakup dalam tujuan pendidikan islam yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Terjadi pada diri manusia dalam arti yang umum dan mengisyaratkan adanya komponen-komponen pokok dalam pendidikan, adanya isyarat bagi guru untuk meningkatkan diri, prosesnya bertahap dan berkelanjutan, menuntut adab-adab tertentu dan metode yang mudah diterima dan dilakukan dengan baik dan bijak, adanya tujuan perolehan pengetahuan/ pembinaan akal, perubahan ke arah yang lebih baik, melahirkan amal shalih, akhlak yang baik atau pendidikan jiwa, mewujudkan insan muslim sempurna, untuk taat beribadah memperoleh ridla Allah s.w.t.
Istilah At-tarbiyah lebih tepat digunakan sebagai kata yang mewakili pendidikan islam, hal ini memiliki landas dan filosofis : Q.S. Ali Imran ; 79, perintah untuk menjadi insan rabbani.
DAFTAR PUSTAKA
DEDENG ROSIDIN, AKAR-AKAR PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS ( Risalah Tajdid:2003 ) .
4 komentar
Click here for komentarAssalamualaikum aku bangga punya kaka kaya kamu
ReplyWAALIKUM SALAM WARAHMA..
ReplyMKASIH BANYAK DE, KAKA JUGA BANGGA KAYA ADE
Assalamualaikum
ReplySangat bermanfaat
Assalamualaikum
ReplySangat bermanfaat
Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai topik, Mohon maaf komentar dengan nama komentator dan isi komentar yang berbaru P*RN*G*R*FI, OB*T, H*UCK, J*DI dan komentar yang mengandung link aktif, Tidak akan di tampilkan! ConversionConversion EmoticonEmoticon