• Kehidupan pernikahan identik dengan peran dan tanggung jawab baru. Tidak ada lagi pemikiran "aku", karena sudah ada suami dan anak-anak menunggu. Kurang lebih, inilah yang terpatri di benak mayoritas wanita menikah.
Tidak sedikit pula yang mengambil jalan yang berliku, mengesampingkan berbagai kebutuhan pribadi, demi keluarga. Benarkah sebagai seorang istri dan mama, Anda berarti melupakan semua yang berjudul "bebas dan bersenang-senang"?
Sesungguhnya, menikah bukanlah bentuk pengekangan atau pembunuhan kebebasan. Meskipun menikah, wanita berhak untuk menikmati 4 kebebasan ini dengan lebih bertanggung jawab dan seizin suami, tentunya. Sudahkah Anda membuat kesepakatan dengan suami tentang kebebasan-kebebasan ini?
• 1. Kebebasan mengelola keuangan
Pernikahan akan mengubah pemetaan keuangan Anda. Pos-pos baru bermunculan, khususnya jika Anda telah memiliki anak. Bagi banyak wanita, berperan sebagai manajer keuangan keluarga, tidak selalu "dibayar" dengan kebebasan mereka untuk memiliki pengeluaran pribadi yang (katakanlah) mumpuni. Terlebih jika Anda seorangibu rumah tangga yang bergantung pada gaji suami belaka. Money talk ini penting untuk disepakati bersama, mengingat keuangan adalah topik sensitif yang dapat memporak porandakan rumah tangga. Beberapa hal yang dapat Anda bicarakan di antaranya :
o Pembuatan rekening Anda sendiri untuk keperluan pengeluaran pribadi
o Anggaran rekreasi untuk Anda sendiri
o Keterbukaan laporan keuangan pribadi Anda, terutama daftar pengeluaran dan tagihan kartu kredit
o Investasi pribadi dari uang Anda sendiri
Sesungguhnya kesepakatan tentang kebebasan keuangan ini sudah dapat Anda buat sejak sebelum menikah. Atau, untuk bentuk komprehensifnya, Anda dapat membuat perjanjian pranikah (prenuptial agreement) untuk memastikan bahwa langkah-langkah pengelolaan keuangan dalam pernikahan Anda akan bermanfaat, terutama untuk masa depan anak-anak Anda kelak, meskipun pernikahan Anda terguncang atau dipisahkan kematian.
• 2. Kebebasan berekreasi tanpa keluarga (alone time)
Mama butuh piknik! Inilah jargon yang begitu sering bersliweran di media sosial dewasa ini. Sebuah studi yang diungkapkan Dalily Mail menyebutkan bahwa rata-rata para mama hanya punya 17 menit sehari untuk waktu damai yang menenangkan dirinya sendiri. Ya, hiruk pikuk kehidupan rumah tangga kerap memusingkan para mama.
Muncul istilah "kurang piknik" sebagai jeritan hati para mama yang menginginkan waktu rekreasi pribadi untuk dirinya sendiri. Waktu dimana Mama bisa have fun tanpa label seorang istri dan ibu. Menjadi wanita gembira seutuhnya. Alone time atau me time ini ternyata merupakan kunci untuk hubungan yang lebih baik. Mengapa? Dengan alone time, Anda akan fokus untuk memanjakan dan merawat diri Anda dengan baik, secara fisik dan mental.
Anda akan merasa tercerahkan, menghilangkan kepenatan Anda selama ini yang sibuk mengurusi kebutuhan orang lain di luar kesenangan pribadi Anda. Demi kesegaran dan kewarasan Anda, mood yang lebih baik akan membuat aura positif menyelimuti diri. Anda akan merasakan kemudahan berkomunikasi dan berinteraksi dengan suami serta anak-anak.
Berikan juga kesempatan yang sama kepada suami tercinta untuk alasan yang sama. Perlu digarisbawahi, pertimbangkan hal-hal berikut saat merancang alone time Anda :
o Jenis kegiatan yang bermanfaat
o Support system yang menangani tugas-tugas yang Anda tinggalkan ketika menikmati me time
o Frekuensi dan durasi me time, disesuaikan dengan ketersediaan waktu dan dana
o Norma-norma yang tetap dipatuhi saat melakukan kegiatan me time
• 3. Kebebasan mengembangkan diri
Dianugerahi ilmu dan keinginan personal, Anda tentu memiliki cita-cita yang ingin dicapai. Namun, status pernikahan menjadi alasan banyak wanita mengorbankan ambisi, mimpi, dan harapan untuk mengembangkan diri. Tanpa disadari, pengorbanan itu tak sepenuhnya rela ia lakukan dan mungkin, terlalu besar untuk diberikan tanpa penghargaan yang layak dari pasangan. Mengejar karier atau terus menimba ilmu adalah bagian dari pengembangan diri yang sebenarnya dibutuhkan oleh para wanita.
Terlepas dari peran mereka sebagai ibu dan istri, wanita perlu terus menambah wawasan dan membuka dunianya. Pembicaraan ini perlu disepakati betul-betul antara Anda dan pasangan, dengan memberlakukan kondisi dua arah. Apakah pasangan juga bersedia melakukan pengorbanan yang sama dengan Anda? Diskusikan juga bentuk apresiasi yang dapat Anda sampaikan satu sama lain untuk mempertahankan keyakinan dan rasa percaya diri.
Sementara itu, Anda dapat mencari saluran pengembangan diri yang paling realistis untuk Anda lakukan dengan kondisi rumah tangga sekarang. Pertimbangkan juga kesediaan dan kualitas support system yang ada guna mendukung Anda kala absen bertugas sebagai ibu dan istri. Jalani pilihan Anda dengan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat dan pertanggung jawabkan kepada keluarga dengan menunjukkan manfaat nyata dari kegiatan pengembangan diri Anda.
• 4. Kebebasan seksual
Kebebasan seksual yang bertanggung jawab dalam pernikahan, sebenarnya bukan mengatur dengan siapa Anda bebas berhubungan intim. Kembali kepada tujuan utama hubungan suami istri ini, yaitu menghasilkan keturunan dan menjaga keharmonisan pernikahan.
Sebagai pihak yang akan mengandung, Anda berhak menyuarakan kapan Anda ingin memiliki momongan.
Jumlah anak yang akan Anda miliki, itupun bukan hak veto yang ditentukan satu pihak saja. Tentunya, keputusan Anda perlu didukung dengan fakta kondisi kesehatan reproduksi Anda berupa hasil pemeriksaan dari tenaga kesehatan. Selama Anda dalam kondisi sehat dan masih produktif secara seksual, menunda mempunyai anak bukanlah sebuah dosa, jika ada alasan kuat di baliknya.
Kehamilan yang terjadi dalam kondisi tidak diinginkan oleh sang ibu, akan memiliki risiko yang lebih tinggi bagi ibu dan janin, serta anak yang dilahirkan kelak.
Menunda untuk kesiapan dan kestabilan, akan memberi dampak besar terhadap keberhasilan pengasuhan Anda kelak dan masa depan yang lebih baik untuk anak-anak Anda. Untuk keharmonisan, kebebasan seksual juga menyangkut kebebasan Anda berpendapat tentang bagaimana hubungan seksual yang Anda ingin lakukan dengan suami. Kenyamanan Anda patut ia ketahui, karena hubungan intim bukan hanya pelampiasan nafsu belaka.
Seorang wanita menikah bukanlah burung dalam sangkar. Sekali waktu ia perlu mengepakkan sayapnya di langit luas. Dengan arahan yang tepat dan kepercayaan yang tulus, ia akan selalu ingat untuk kembali ke sarangnya dengan sukacita untuk kembali menjaga rumah dan keluarganya segenap jiwa.
Klik pilihan berbagi di bawah ini
Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai topik, Mohon maaf komentar dengan nama komentator dan isi komentar yang berbaru P*RN*G*R*FI, OB*T, H*UCK, J*DI dan komentar yang mengandung link aktif, Tidak akan di tampilkan! ConversionConversion EmoticonEmoticon